top of page
Film Penyalin Cahaya - Shenina Cinnamon 3.jpeg

Penyalin
Cahaya

Fiction

130 Menit

Sinopsis

Usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar, SUR harus kehilangan beasiswanya karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas. Sur tidak mengingat apapun yang terjadi pada dirinya tadi malam. Ini adalah kali pertama Sur datang ke pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya, dan mendapati dirinya tidak sadarkan diri. Sur meminta bantuan AMIN, teman masa kecilnya, seorang tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.

Di Balik Produksi

 

Setelah merampungkan proses produksi selama lebih dari setahun sejak 2020, Wregas Bhanuteja (sutradara pemenang film pendek terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan dua kali Piala Citra FFI untuk film pendek terbaik) mengumumkan film panjang pertamanya: Penyalin Cahaya. 

Produser Adi Ekatama mengutarakan bahwa cerita Penyalin Cahaya mengangkat topik penting yang masih perlu mendapat banyak perhatian dari masyarakat hari ini. “Perjuangan Sur sebagai tokoh utama di film ini untuk mengungkap kebenaran adalah gambaran di mana kita harus selalu berpihak pada penyintas dan lebih banyak menyuarakan pada masyarakat mengenai pentingnya kita melawan kekerasan dan pelecehan seksual,” jelas Adi. 

Hal senada diutarakan produser Ajish Dibyo. Menurutnya, film adalah salah satu medium yang paling efisien untuk berargumen. “Untuk itu di sini kami perlu menyuarakan hal-hal yang penting untuk didiskusikan masyarakat demi terciptanya lingkungan yang lebih aman. Mengembangkan cerita ini bersama Adi dan Wregas adalah salah satu upaya kami untuk memperbaiki hal-hal yang dapat merugikan kemanusiaan, yang dalam film ini adalah kekerasan seksual,” ujar Ajish.

Film Penyalin Cahaya merupakan produksi film panjang pertama dari Rekata Studio yang berkolaborasi dengan Kaninga Pictures. Produksi film ini diperkuat oleh aktor-aktris muda dan senior, serta kru-kru berpengalaman dalam industri film Indonesia. Di tengah kelesuan produksi film Indonesia akibat pandemi, Rekata Studio dan Kaninga Pictures tetap terus berkarya memproduksi film Penyalin Cahaya dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Pemeran

Crew

Trailer

Gallery Cast

Gallery BTS

STORY PHOTO 4_11AUG - SUR.jpg
STORY IMAGE_5_13AGT - AMIN.jpg
STORY IMAGE_7_18AGT - TARIQ.jpg
STORY IMAGE_6_15AGT - FARAHjpg.jpg
STORY IMAGE_9_22AGT - RAMA.jpg
Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja dan Shenina Cinnamon
Film Penyalin Cahaya - Shenina Cinnamon 1
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja (Sutradara) dan Adi Ekatama (Prod
Film Penyalin Cahaya - Chicco Kurniawan dan Shenina Cinnamon
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Tim Produksi 2
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja (sutradara) dan Gunnar Nimpuno (s
Film Penyalin Cahaya - Chicco Kurniawan 1
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja (sutradara) dan tim produksi
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja (sutradara) dan Gunnar Nimpuno (s
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja (Sutradara) - 4
Behind The Scene Film Penyalin Cahaya - Wregas Bhanuteja (Sutradara) - 8

Biografi Sutradara

WREGAS.jpg

Wregas Bhanuteja lahir di Jakarta, 20 Oktober 1992. Ia lulus dari Institut Kesenian Jakarta tahun 2014 dan telah membuat beberapa film pendek, antara lain "Lemantun (2014)" yang mendapatkan penghargaan film pendek terbaik di XXI Short FIlm Festival 2015 dan "Lembusura (2015)" yang berkompetisi di Berlin International FIlm Festival 2015. Film pendeknya yang berjudul "Prenjak (2016)" memenangkan film pendek terbaik di Semaine de la Critique, Cannes 2016 dan Piala Citra FFI 2016. Film pendeknya yang terbaru dikerjakan bersama Rekata Studio dan produser Adi Ekatama berjudul "Tak Ada yang Gila di Kota Ini" berkompetisi di SUNDANCE Film Festival 2020 dan mendapat Piala Citra di FFI 2019. Pada tahun 2020, ia memulai menulis film panjang pertamanya, yang kini telah selesai semua proses produksinya.

Film Reviews

"Mit Photocopier greift Bhanuteja frontal verkrustete Strukturen, Standesunterschiede und Doppelmoral an. Seine Attacke reitet er in Form eines smarten Tech-Thrillers, der vor allem ein junges Publikum anspricht.

 

Melalui Photocopier, Bhanuteja menyerang struktur yang 'unbreakable', perbedaan kelas, dan standar ganda secara langsung. Dia melakukan aksi dalam bentuk film thriller teknologi cerdas yang menarik bagi penonton muda.)"

Der Spiegel

bottom of page